Pengertian fonem, morfem, kata, frasa, dan klausa



MAKALAH
BAHASA INDONESIA
DOSEN PEMBIBING:TAUFIK RAHMAN M.Pd
NAMA KELOMPOK
·         ANIYATUS SHOLIHAH
·         PRAYOGA PRASETYO
·         REGINA PUTRI ANGGRAINI



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
METRO LAMPUNG
2019



BAB I  PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Peristiwa pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah banyak dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta pengertian-pengertian yang diwakilinya.
Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang ciri bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang ciri-ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak lain daripada tanda bunyi bebas yang selalu terikat pada suatu sistem dan telah diketahui oleh masyarakat bahasa berdasarkan perjanjian.
Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi. Bunyi yang diucapkan menjadi sebuah bentuk kata atau kalimat oleh seluruh masyarakat luas pada umunya.
Semoga apa yang kami uraian dibawah ini dapat kita pelajari bersama untuk menambah pengetahuan para pembaca tentang penggunaan bentuk dan makna kata bahasa indonesia yang selalu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2  RUMUSAN MASALAH
·         Pengertian fonem, morfem, kata, frasa dan klausa.
·         Berapakah pembagian jenis kata.
·         Pengertian makna kata dan perubahan nya

1.3  TUJUAN PENULISAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah tidak lain agar para pembaca mengetahui dengan lebih jelas dan mampu memahami uraian-uraian dengan sebaik-baiknya, uraian dibawah akan menjelaskan tentang pengertian dari fonem, morfem, kata, frasa . Serta mengetahui jenis-jenis kata dan mengetahui perubahan-perubahan makna kata.






BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian fonem, morfem, kata, frasa dan klausa
2.1.1 Fonem
             Fonem adalah suatu bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Yang membedakan arti kata  jahat dan  jahit adalah bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a dan bunyi /i/ yang dilambangkan denagan huruf i. Bunyi a disebut fonem /a/ dan fonem /i/.
Fonem /a/ dan /i/ merupakan contoh satuan bunyi terkecil karena tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan bunyi yang lebih kecil yang dapat membedakan makna.
            Fonem dan huruf merupakan dua hal yang berbeda. Fonem adalah bunyi dari huruf (untuk didengar), sedangkan huruf adalah lambang dari fonem (untuk dilihat). Huruf abjad bahasa indonesia ada 26 fonem (bunyi huruf). Akan tetapi, jumlah fonem bahasa indonesia ternyata lebih banyak dari huruf karena beberapa huruf mempunyai lebih dari satu fonem.
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan, adalah dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna.

             Fonem-fonem diucapkan secara berangkai dan berkelompok di dalam pemakaian bahasa. Artinya, setiap fonem diucapkan secara terpisah-pisah. Kelompok fonem yang merupakan unsur sebuah kata dasar atau morferm bahasa Indonesia disebut “suku”. Dengan kata lain, struktur suku ditentukan oleh hubungan sintagmatis[1] di antara fonem-fonemn

2.1.2 Fonem Suprasegmental
Fonem suprasegmental yang juga disebut fonem suprapenggalan ialah ciri atau sifat bunyi yang menindihi atau menumpangi suatu fonem. Maksudnya, ciri suprasegmental hadir bersama-sama fonem penggalan dengan cara menumpangi bunyi segmental. Fonem suprasegmental ini bukannya bunyi segmental atau bunyi penggalan, tetapi ciri yang hadir bersama dengan cara menindihi atau menumpangi bunyi penggalan. Fonem suprasegmental tersebut terdiri dari:


a)  Tekanan
Tekanan ialah ciri lemah atau kerasnya suara penyebutan sesuatu suku kata. Tekanan biasanya berlaku pada suku kata dalam perkataan.
b)  Kepanjangan
Kepanjangan atau juga disebut panjang pendek bunyi merupakan ciri khusus yang terdapat pada perkataan dalam bahasa-bahasa tertentu.
c)  Jeda
Jeda yang juga disebut persendian ialah ciri atau unsur hentian (senyap) dalam ujaran sebagai tanda memisahkan unsure linguistik, iaitu perkataan, ayat atau rangkai kata.
d)  Tona
Tona merupakan naik atau turunnya suara dalam pengucapan perkataan.
e)  Intonasi
Intonasi ialah turun naik nada suara dalam pengucapan ayat atau frasa. Intonasi juga disebut sebagai lagu bahasa.
2.1.3Perubahan Fonem
Apabila kita menyinggung perubahan fonem dalam bidang proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia, maka ada dua hal yang perlu mendapat perhatian,yaitu :

a)    Perubahan fonem /N/
1.    Fonem /N/ pada morfem meN- dan morfem peN- berubah menjadi fonem /m/ kalau dasar kata yang mengikutinya berawal dengan /b,f,p/. Misalnya :
meN-               +          pilih                  =       memilih
meN-               +          foto                   =      memfoto
peN-                +          bela                   =       pembela

2.    Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi fonem /n/ kalau dasar kata yang mengikutinya berawal dengan fonem /d,s,t/. Perlu kita catat di sini bahwa fonem /s/ hanya khusus bagi sejumlah dasar kata yang berasal dari bahasa asing. Apabila kita mencoba berbicara bahasa atau dialeg asing, kemungkinan kita akan menggganti fonem-fonemnya dengan fonem-fonem yang paling mirip dalam bahasa atau dialeg kita sendiri
Misalnya :
meN-               +         daki     =      mendaki
meN-               +         tahan   =      menahan
meN-               +         survei  =      mensurvei

3.    Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /n/ apabila kata dasar yang mengikutinya berawal dengan /c,j,s/.
Misalnya :
meN-               +          cabut               =       mencabut
peN-                +          jaga                 =       penjaga
peN-                +          seret                =       penyeret

4.    Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /ng/ apabila dasar kata yang mengikutinya berfonem /g,h,k,x/, dan vokal.
Misalnya :
meN-               +          ganti                =        mengganti
peN-                +          halang             =        penghalang
       meN-              +          kecoh              =        mengecoh
meN-               +          angkat            =        mengangkat
peN-                +          edar                =        pengedar

b)    Perubahan Fonem /r/
Fonem /r/ pada morfem {ber} dan morfem {per} berubah menjadi fonem /l/ sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan kata dasar yang berupa morfem {ajar}. Contoh
ber-            +          ajar                  =      belajar
per-            +          ajar                  =       pelajar






2.2.1 Morfem

Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya me-, –an, me-, -kan) dan klitika[2]/partikel (misalnya -lah, -kah).
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat dilakukan dengan menggabungkan morfem dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan menghasilkan makna baru, unsur yang digabungkan dengan dasar itu adalah morfem.
Menurut bentuk dan maknanya, morfem ada dua macam yaitu:

a. Morfem Bebas, yaitu morfem yang dapat terdiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
Contoh.
·         Makan
·         Tidur
·         Main

b.  Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri dari satu makna. Maknanya baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan awalan, sisipan, akhiran, kombinasi awalan dan akhiran, partikel –ku, -lah, -kah dan bentuk- bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri termasuk morfem terikat.
Contoh : - berperang  = morfem terikat ber-
                 - memakai = morfem terikat me-






  Prof. Ramlan mengemukakan enam perinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem[3]
1.      Prinsip 1     Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal atau arti gramatik yang sama merupakan suatu morfem.


2.      Prinsip 2     Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan suatu morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik[4]

3.      Prinsip 3     Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda sekalipun perbedaannya tidak dapat tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai suatu morfem apabila mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.

4.      Prinsip 4     Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu adalah morfem, ialah yang disebut morfem zero.

5.      Prinsip 5     Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda.

6.      Prinsip 6     Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
ü  Contoh Prinsip 1 :
a)     Membeli rumah, rumah baru, menjaga rumah, berumah, satu rumah.
Dari contoh-contoh itu dapat kita lihat bahwa satuan rumah merupakan satu morfem karena satuan itu memiliki struktur fonologik dan arti leksikal yang sama.
b)     Menulis, ditulis, menuliskan, dituliskan, menulisi, ditulisi, tertulis, tertuliskan, tertulisi, tulisan, penulis, penulisan, karya tulis.
Dari contoh-contoh tersebut dapat kita lihat bahwa satuan tulis merupakan suatu morfem karena satuan itu memiliki struktur fonologik dan arti leksikal yang sama.

Ø  Contoh Prinsip 2 :
       Menjahit, membeli, menyalin, menggendong, mengecat dan melamar. Dari contoh-contoh tersebut nyata bahwa satuan-satuan men-, mem-, meny-, meng-, menge-, dan me-; mempunyai arti gramatik yang sama, yaitu menyatakan tindakan aktif: tetapi struktur fonologiknya jelas jelas berbeda.
Satuan-satuan men-, mem-, meny-, meng-, menge-, dan me- adalah alomorf dari morfem meN-; oleh karena itu semua satuan itu merupakan satu morfem.

Ø  Contoh Prinsip 3:
            beralih,                        beradu
            berbaring,                    berbicara
            bersua,                        berjumpa
            bertemu,                      bekerja
            belajar,                        berjuang
            bersandar,                   beradu
Dari contoh-contoh tersebut terdapat satuan ber-, be-, dan bel-.
              Berdasarkan Prinsip 2, jelas bahwa ber-, dan be-, merupakan satu morfem, karena perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara fonologik. Tetapi bagaimana halnya dengan bel- yang (hanya) terdapat pada belajar? Walaupun bel- mempunyai struktur fonologik yangberbeda, dan perbedaanya itu tidak dapat dijelaskan secara fonologik, toh mempunyai arti gramatik yang sama dan mempunyai distribusi komplementer dengan morfem ber-.
                                      Dengan kata lain : bel- merupakan alomorf morfem ber-; oleh karena itu maka satuan bel- dapat dianggap sebagai satu morfem.
Perlu dicatat bahwa morfem bel- ini termasuk morfem yang produktif dalam bahasa Indonesia.



Ø  Contoh Prinsip 4:
(1)           Ibu                   menggoreng                ikan.
(2)           Ibu                   menyapu                     halaman.
(3)           Ibu                   menjahit                      baju.
(4)           Ibu                   membeli                      telur.
(5)           Ibu                   minum                         teh.
(6)           Ibu                   makan                         pecal.
(7)           Ibu                   masak                         rendang.

Ketujuh kalimat di atas berstruktur S (ubjek) P (redikat) O (obyek). Predikatnya berupa kata verbal yang transitif. Yang pada kalimat (1), (2), (3), (4) ditandai oleh adanya meN-, sedangkan pada kalimat (5), (6), (7), kata verbal transitif itu ditandai dengan kekosongan atau tidak adanya meN-. Itulah yang disebut morfem zero.
Ø  Contoh Prinsip 5:
a)            (1) Ia menanam kembang.
(2) Bunga itu telah kembang.
Pada (1) kembang ‘bunga’ dan pada (2) kembang ‘mekar’; oleh karena itu kedua kata kembang itu merupakan morfem yang berbeda walaupun mempunyai struktur fonologik yang sama. Kenapa? Karena arti leksikalnya beda.
b)            (1) Ayah sedang tidur.
(2) Tidur ayah sangat nyenyak.
Kata tidur pada (1) dan (2) mempunyai arti leksikal yang berhubungan, dan mempunyai distribusi Yang berbeda. Kedua kata tidur itu merupakan satu morfem.

Ø  Contoh Prinsip 6:
a)            Berharap, harapan
Berharap terdiri dari ber- dan harap; serta harapan terdiri dari harap dan –an. Dengan demikian maka ber-, harap, dan –an masing-masing merupakan morfem sendiri-sendiri.



a.    Mendatangkan, didatangkan, mendatangi, pendatang, kedatangan, datang.
                        Dari contoh-contoh diatas :
Mendatangkan    terdiri dari tiga morfem yaitu meN-, datang, -kan
Didatangkan        terdiri dari tiga morfem yaitu di-, datang, -kan
Mendatangi          terdiri dari tiga morfem yaitu meN-, datang, -i
Pendatang           terdiri dari dua morfem yaitu peN-, datang
Kedatangan         terdiri dari dua morfem yaitu ke-an, datang
Maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa meN-, di-, peN-, datang, -kan, -i, dan ke-an merupakan morfem sendiri-sendiri.

2.3. Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dari segi makna. Seperti kata sepeda, ambil, dingin, kuliah. Empat kata ini diakui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Berbeda dengan adepes, libma, ningid, hailuk bukan diakui kata karena tidak mempunyai makna[5]


2.4. Frasa
Frasa adalah kelompok kata (gabungan dua kata atau lebih) yang tidak mengandung predikat dan belum membentuk klausa atau kalimat. Seperti langit biru, baju batik, penyakit yang sangat berbahaya. Cakupan makna yang dibentuk oleh frasa masih di sekitar makna lesikal kata pembentuknya karena hakikat frasa adalah kata yang diperluas dengan memberinya keterangan, inti maknanya tetap. Berbeda dengan (langit batik, biru baju, yang berbahaya sangat penyakit) ini tidak dinamakan frasa karena tidak mempunyai kesatuan makna[6]
Susunan kata dalam frasa bersifat tegar (fixed), tidak tergoyahkan, dan tidak boleh dibalik seperti: haus kekuasaan, siap tempur, temu wicara; bukan kekuasaan haus, tempur siap, wicara temu.  Jika posisinya berpindah, kelompok kata itu berpindah secara utuh. seperti:-hari ini akan diadakan jumpa pers.
-jumpa pers akan diadakan hari ini.

Frasa di kelompokan menjadi 5 macam
1)      frasa verbal (artinya sama dengan arti kata kerja)
asyik belajar (intinya: belajar)
sedang berpikir keras (intinya: berpikir)
harus menulis kembali (intinya: menulis)
2)      frasa adjektiva (artinya sama dengan arti kata sifat)
sudah baik, sangat malu, harus  tidak kotor, benar sekali
3)      frasa adverbial (artinya sama dengan arti kata keterangan)
pada zaman jepang, dengan kereta api cepat, sebelum subuh, pada akhir pertunjukan itu
4)      frasa nominal (artinya sama dengan arti kata benda)
penyakit yang sangat berbahaya, lembar jawaban ujian akhir semester, pembawa acara yang kocak, lima lembar kuitansi tanda bukti pembayaran
5)      frasa preposisional (artinya sama dengan arti kata tugas, misalnya preposisi dan konjungsi)
dari atas, oleh karena (itu), sampai dengan, dari muka, akan tetapi, ke tengah
2.5. Pembagian jenis kata
 Dari segi bentuknya kata dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) kata dasar (kata yang bermorfem tunggal) seperti: rumah, buku, cerdas dan (2) kata turunan ( kata yang bermorfem banyak) seperti: dirumahkan, pembukuan, mencerdaskan.[7]
Perubahan kata dasar menjadi kata turunan, selain mengakibatkan perubahan bentuk dan makna, juga mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata. Pembagian jenis atau kelas kata yang mutakhir adalah yang diajukan Tim Depdikbud RI (1988) dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. di dalamnya, moeliono mengelompokkan kata dalam lima jenis, yaitu:
a)      Verba (Kata Kerja) adalah kata yang menyatakan perbuatan, atau tindakan,proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat serta berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Untuk mengenali jenis kata kerja, dapat diuji dengan menambahkan dengan + KB (kata benda)/ KS (kata sifat) di belakang kata yang diuji. Misalnya kata tulis dan pergi,tergolong sebagai kata kerja karena jika digabungkan dengan konstruksi penguji tadi akan tercipta arti yang jelas.
tulis + dengan pena (KB)                    menulis + dengan cepat (KS)
pergi + dengan adik (KB)                   bepergian + dengan gembira (KS)
Pada contoh di atas tampak bentuk kata kerja ada dua macam: (1) kata kerja asal, yaitu kata kerja yang berdiri sendiri dalam kalimat tanpa bantuan afiks; misalnya tulis dan pergi; (2) kata kerja turunan, kata kerja yang mempunyai afiks; misalnya menulis dan bepergian
Tabel 1
AFIKS PEMBENTUK KATA KERJA
Bentuk
Afiks
Contoh


Prefiks
ber-
di-
me-
per-
ter-
berkarya, bertemu, berlayar
dibawa, dipakai, dibahas
melatih, membaca, mendengar, mengolah, mengetik
perindah, perkuat
tertawa, tersenyum
Sufiks
-i
-kan
namai, gulai, tandai
maafkan, matikan, camkan



Konfiks
ber-an
ber-kan
di-i
di-kan
ke-an
memper-
memper-i
memper-kan
me-kan
per-i
pe-kan
bepergian, berpelukan, berlarian
beralaskan, berselimutkan
diselimuti, dipengarui, dicintai
dibuatkan, diambilkan, dibacakan
kejatuhan, kemasukan, kedatangan
memperjelas, memperindah
memperbaiki, mempersenjatai
mempertanyakan, mempertemukan
meluruskan, membuatkan, mendatangkan
perbaiki, perbarui
pertemukan, permasalahkan

Selain bentuk-bentuk di atas, ada pula bentuk kata kerja (verba) yang lain, di antaranya:
·         verba reduplikasi (kata kerja berulang-ulang); misalnya makan-makan, tembak-menembak, batuk-batuk, berlari-lari;
·         verba majemuk (katakerja dari proses penggabungan kata, dan hasilnya bukan menjadi idiom); misalnya terjun payung, tatap muka, siap tempur;
verba berpreposisi (kata kerja intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu); misalnya tahu akan, cinta pada, menyesal atas, tergolong sebagai
b)     Adjektiva (Kata Sifat) adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat orang/binatang/benda. Dalam pembentukan kalimat, kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelas subjek. Kata sifat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) kata sifat tunggal, dan (2) kata sifat berimbuhan.[8]
Ciri-ciri kata sifat tunggal adalah sebagai berikut:
1)   dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling; misalnya lebih baik, kurang indah, paling pandai.
2)   dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu; misalnya sangat senang, amat luas, mahal benar, sedikit sekali, terlalu berat.
3)   dapat diingkari dengan kata ingkar tidak; misalnya tidak benar, tidak sehat.

Kata sifat tunggal dapat di himpun menjadi lima kelompok:
a)    keadaan/situasi; misalnya aman, kacau, tenang, gawat
b)   warna; misalnya ungu, hijau, biru, merah
c)    ukuran; misalnya berat, ringan, tinggi, besar
d)   perasaan/sikap; misalnya malu, sedih, bahagia, heran
e)    cerapan/indera; misalnya harum, manis, terang, jelas
mayoritas kata sifat berimbuhan dibentuk dengan bantuan sufiks yang diserap dari bahasa inggris dan bahasa arab yang menjadi produktif dalam bahasa indonesia.
Tabel 2
AFIKS PEMBENTUK KATA SIFAT
Bentuk
Afiks
Contoh
Sufiks
-al
-i
-iah
-if
-ik
-is
-er
-wi
formal, nasional
abadi, alami, hewani
lahiriah. ilmiah, alamiah
aktif, fiktif, reaktif
magnetik, elektronik
praktis, anarkis, egois
komplementer, parlementer
manusiawi, kimiawi, surgawi
Konfiks
ke-an (reduplikasi)
se-nya(reduplikasi)
keinggris-inggrisan, kekanak-kanakan
sebaik-baiknya, sepandai-pandainya

c)      Adverbia (Kata Keterangan) adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, dan klausa. misalnya saya ingin segera melukis, paman hanya pegawai biasa; kata segera dan hanya adalah adverbia yang menerangkan verba melukis dan  nomina predikatif pegawai biasa.[9]
Adverbia dibedakan atas tiga macam, yaitu (1) adverbia tunggal (segera, sangat, hanya); (2) adverbia turunan (agaknya, biasanya, rupanya, sebaiknya, sebenarnya);(3) adverbia ulang; ada dua macam, a) mengulang kata dasar (diam-diam, lama-lama);b) mengulang kata dasar dan menambah se-nya(setinggi-tingginya, sebaik-baiknya).
d)     Rumpun Kata Benda, Yang Terdiri
·                     Nomina (Kata Benda/Kata Nama) adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda konkret (buku, pohon, kunci)  maupun abstrak (agama, pengetahuan, nafsu). Kata benda juga akan berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan dalam kalimat. Kata benda dapat dikenali dengan cara menambahkan yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS (kata sifat), misalnya kata buku dan pengetahuan.[10]

buku + yang mahal (KS)                     pengetahuan + yang sangat penting (KS)
Dan untuk mengetahui kata benda berimbuhan, dapat menggunakan tabel di bawah ini.
Tabel 3
AFIKS PEMBENTUK KATA BENDA
Afiks
Bentuk
Contoh
Prefiks
ke-
pe-
ter-
ketua, kekasih, kehendak
petinju, pembela, pendaftar
terdakwa, tersangka
Sufiks
-an
-in
-wan
pikiran, timbangan
hadirin, muslimin
ilmuwan, karyawan
Infiks
-em-
-el-
-er-
-in-
kemuning
telunjuk, telapak
serabut, seruling
kinerja, kinasih
konfiks
ke-an
pe-an
kehidupan, kemauan
pegunungan, pembelian

·                Pronomina (Kata Ganti) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.[11]1) pronomia persona, seperti kamu, dia, mereka; 2) pronomia penanya, seperti apa, mana, kapan; 3) pronomia penyapa, seperti pak, bu, dok; 4) pronomia penunjuk umum, seperti ini, itu, anu.
·                Numeralia (Kata Bilangan) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, atau barang.[12]Misalnya tiga, ketiga, satu-satu, banyak, para, puluhan, setengah, dua lusin, tiga bersaudara.
e)      Rumpun Kata Tugas (Partikel)
·                Preposisi (Kata Depan) adalah kata tugas yang berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa proposional), misalnya di kantor, dengan memburuh, pada hari ini, sejak kecil.[13]
·                Konjungtor (Kata Sambung) adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.[14]
contoh: …..antara hidup dan mati.
            Rapat sudah dimulai ketika kami tiba.
             …...bukan amri tetapi amrin.
Konjuktor tidak selalu satu kata, bahkan dua kata atau lebih. seperti selain itu, walaupun begitu, meskipun demikian, oleh karena itu.
·                Interjeksi (Kata Seru) adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapakan seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Interjeksi dipakai di dalam kalimat seruan atau kalimat perintah (imperatif).[15]
contoh: - Ayo, maju terus!
      -Aduh, gigiku sakit sekali!
                  -Sial, memancing seharian, cuma dapat sedikit!  
·                Artikel (Kata Sandang) adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Ada tiga macam artikel, yaitu (1) artikel bermakna tunggal ( sang guru, sang suami, sang juara); (2) artikel bermakna jamak (para petani, para pemimpin, para hakim); (3) artikel bermakna netral (si hitam manis, si cantik, si dia).[16]
·                Partikel bermakna unsur-unsur kecil suatu benda. yang dimaksud di sini adalah artikel yang berperan membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu –kah dan –tah ditambah dengan –lah yang dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif), serta –pun yang hanya dipakai dalam kalimat pernyataan.[17]
contoh: (-kah)– Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
                              - Bagaimanakah rasanya naik pesawat terbang?
                 (-lah)-  Apalah dayaku tanpamu.
                             - Pergilah segera, sebelum jalan macet!
                 (-tah)– Siapatah gerangan jodohku nanti?
                              - Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?
















BAB III PENUTUP
1.        Kesimpulan
Fonem adalah bunyi dari lambang suatu huruf yang dapat membedakan arti, misalnya perbedaan huruf /e/ pada kata sate, pedas, dan enak. Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna; dan atau mempunyai makna, misalnya di-per-main-kan.Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna, misalnya sepeda. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non predikatif dan bermakna leksikal, misalnaya gunung tinggi.
Pembagian jenis kata ada lima, yaitu (1) verba/kata kerja; (2) adjektiva/kata sifat; (3) adverbia/kata keterangan; (4) rumpun kata benda, meliputi nomina/kata benda dan nama, pronomina/kata ganti, numeralia/kata bilangan; (5) rumpun kata tugas, meliputi preposisi/kata depan, konjungtor/kata sambung, interjeksi/kata seru, artikel/kata sandang, partikel. 
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang diacunya. Pembagian makna ada dua macam, yaitu leksikal/denotasi (makna sebenarnya) dan gramatikal/konotasi (makna tidak sebenarnya). Perubahan makna ada enam bentuk, yaitu Meluas, Menyempit, Amelioratif, Penyoratif, Sinestesia, dan Asosiasi.

2.        Kritik dan Saran
Demikian penjelasan mengenai “Materi kali ini” dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia, semoga bisa bermanfaat bagi segenap pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan di atas karena keterbatasan pengetahuan.terimakasih .











[1]. tentang hubungan linier antara unsur bahasa dalam tataran tertentu
[2]. Adalah semacam imbuhan yang dalam ucapan tidak mempunyai tekanan sendiri dan tidak merupakan kata karena tidak dapat berdiri sendiri
[3] . Lihat Ramlan , 1980 , prinsip prisip pengenalan morfem .
[4]  Tentang pembendaharaan bunyi-bunyi( fonem) bahasa dan distribusinya .
[5]. ibid , hal 76
[6] . ibid , hal 76
[7]ibid…Hal.64-65.
[8] ibid…Hal.67.
[9] ibid…Hal.68.
[10] ibid…Hal.70.
[11].Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,1998, hal.273

[12]Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 1998, hal.301

[13] Lamudin…Hal.73.
[14]ibid.
[15]Lamudin…Hal.74.
[16]ibid…Hal.75.
[17] ibid…Hal.75-76.

Komentar