Pengertian fonem, morfem, kata, frasa, dan klausa
DOSEN PEMBIBING:TAUFIK RAHMAN M.Pd
NAMA KELOMPOK
·
PRAYOGA
PRASETYO
·
REGINA
PUTRI ANGGRAINI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
METRO LAMPUNG
2019
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Peristiwa pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi.
Hingga kini telah banyak dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa
Indonesia beserta pengertian-pengertian yang diwakilinya.
Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang ciri bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang ciri-ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak lain daripada tanda bunyi bebas yang selalu terikat pada suatu sistem dan telah diketahui oleh masyarakat bahasa berdasarkan perjanjian.
Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi. Bunyi yang diucapkan menjadi sebuah bentuk kata atau kalimat oleh seluruh masyarakat luas pada umunya.
Semoga apa yang kami uraian dibawah ini dapat kita pelajari bersama untuk menambah pengetahuan para pembaca tentang penggunaan bentuk dan makna kata bahasa indonesia yang selalu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang ciri bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang ciri-ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak lain daripada tanda bunyi bebas yang selalu terikat pada suatu sistem dan telah diketahui oleh masyarakat bahasa berdasarkan perjanjian.
Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi. Bunyi yang diucapkan menjadi sebuah bentuk kata atau kalimat oleh seluruh masyarakat luas pada umunya.
Semoga apa yang kami uraian dibawah ini dapat kita pelajari bersama untuk menambah pengetahuan para pembaca tentang penggunaan bentuk dan makna kata bahasa indonesia yang selalu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 RUMUSAN MASALAH
·
Pengertian fonem, morfem, kata, frasa dan
klausa.
·
Berapakah pembagian jenis kata.
·
Pengertian makna kata dan perubahan nya
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah tidak lain agar para
pembaca mengetahui dengan lebih jelas dan mampu memahami uraian-uraian dengan
sebaik-baiknya, uraian dibawah akan menjelaskan tentang pengertian dari fonem,
morfem, kata, frasa . Serta mengetahui jenis-jenis kata dan mengetahui
perubahan-perubahan makna kata.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian fonem, morfem, kata, frasa dan klausa
2.1.1 Fonem
Fonem adalah suatu bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Yang membedakan arti kata jahat dan jahit adalah bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a dan bunyi /i/ yang dilambangkan denagan huruf i. Bunyi a disebut fonem /a/ dan fonem /i/.
Fonem /a/ dan /i/ merupakan contoh satuan bunyi terkecil karena tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan bunyi yang lebih kecil yang dapat membedakan makna.
Fonem dan huruf merupakan dua hal yang berbeda. Fonem adalah bunyi dari huruf (untuk didengar), sedangkan huruf adalah lambang dari fonem (untuk dilihat). Huruf abjad bahasa indonesia ada 26 fonem (bunyi huruf). Akan tetapi, jumlah fonem bahasa indonesia ternyata lebih banyak dari huruf karena beberapa huruf mempunyai lebih dari satu fonem.
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan, adalah dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna.
Fonem-fonem diucapkan secara berangkai dan berkelompok di dalam pemakaian bahasa. Artinya, setiap fonem diucapkan secara terpisah-pisah. Kelompok fonem yang merupakan unsur sebuah kata dasar atau morferm bahasa Indonesia disebut “suku”. Dengan kata lain, struktur suku ditentukan oleh hubungan sintagmatis[1] di antara fonem-fonemn
Fonem adalah suatu bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Yang membedakan arti kata jahat dan jahit adalah bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a dan bunyi /i/ yang dilambangkan denagan huruf i. Bunyi a disebut fonem /a/ dan fonem /i/.
Fonem /a/ dan /i/ merupakan contoh satuan bunyi terkecil karena tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan bunyi yang lebih kecil yang dapat membedakan makna.
Fonem dan huruf merupakan dua hal yang berbeda. Fonem adalah bunyi dari huruf (untuk didengar), sedangkan huruf adalah lambang dari fonem (untuk dilihat). Huruf abjad bahasa indonesia ada 26 fonem (bunyi huruf). Akan tetapi, jumlah fonem bahasa indonesia ternyata lebih banyak dari huruf karena beberapa huruf mempunyai lebih dari satu fonem.
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan, adalah dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna.
Fonem-fonem diucapkan secara berangkai dan berkelompok di dalam pemakaian bahasa. Artinya, setiap fonem diucapkan secara terpisah-pisah. Kelompok fonem yang merupakan unsur sebuah kata dasar atau morferm bahasa Indonesia disebut “suku”. Dengan kata lain, struktur suku ditentukan oleh hubungan sintagmatis[1] di antara fonem-fonemn
2.1.2 Fonem
Suprasegmental
Fonem suprasegmental yang juga disebut fonem suprapenggalan
ialah ciri atau sifat bunyi yang menindihi atau menumpangi suatu fonem.
Maksudnya, ciri suprasegmental hadir bersama-sama fonem penggalan dengan cara
menumpangi bunyi segmental. Fonem suprasegmental ini bukannya bunyi segmental
atau bunyi penggalan, tetapi ciri yang hadir bersama dengan cara menindihi atau
menumpangi bunyi penggalan. Fonem suprasegmental tersebut
terdiri dari:
a) Tekanan
Tekanan
ialah ciri lemah atau kerasnya suara penyebutan sesuatu suku kata. Tekanan
biasanya berlaku pada suku kata dalam perkataan.
b) Kepanjangan
Kepanjangan
atau juga disebut panjang pendek bunyi merupakan ciri khusus
yang terdapat pada perkataan dalam bahasa-bahasa tertentu.
c) Jeda
Jeda
yang juga disebut persendian ialah ciri atau unsur hentian (senyap)
dalam ujaran sebagai tanda memisahkan unsure linguistik, iaitu
perkataan, ayat atau rangkai kata.
d) Tona
Tona
merupakan naik atau turunnya suara dalam pengucapan perkataan.
e) Intonasi
Intonasi
ialah turun naik nada suara dalam pengucapan ayat atau frasa.
Intonasi juga disebut sebagai lagu bahasa.
2.1.3Perubahan Fonem
Apabila kita menyinggung
perubahan fonem dalam bidang proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia, maka
ada dua hal yang perlu mendapat perhatian,yaitu :
a) Perubahan
fonem /N/
1. Fonem
/N/ pada morfem meN- dan morfem peN- berubah menjadi fonem /m/ kalau dasar kata
yang mengikutinya berawal dengan /b,f,p/. Misalnya :
meN-
+
pilih = memilih
meN-
+
foto
= memfoto
peN-
+
bela
= pembela
2. Fonem
/N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi fonem /n/ kalau dasar kata yang
mengikutinya berawal dengan fonem /d,s,t/. Perlu kita catat di sini bahwa fonem
/s/ hanya khusus bagi sejumlah dasar kata yang berasal dari bahasa asing.
Apabila kita mencoba berbicara bahasa atau dialeg asing, kemungkinan kita akan
menggganti fonem-fonemnya dengan fonem-fonem yang paling mirip dalam bahasa
atau dialeg kita sendiri
Misalnya :
meN-
+
daki = mendaki
meN-
+
tahan = menahan
meN-
+
survei = mensurvei
3. Fonem
/N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /n/ apabila kata dasar yang
mengikutinya berawal dengan /c,j,s/.
Misalnya :
meN-
+
cabut = mencabut
peN-
+
jaga = penjaga
peN-
+
seret =
penyeret
4. Fonem
/N/ pada {meN-} dan {peN-} berubah menjadi /ng/ apabila dasar kata yang
mengikutinya berfonem /g,h,k,x/, dan vokal.
Misalnya
:
meN-
+
ganti =
mengganti
peN-
+
halang =
penghalang
meN-
+
kecoh =
mengecoh
meN-
+
angkat =
mengangkat
peN-
+
edar =
pengedar
b) Perubahan
Fonem /r/
Fonem
/r/ pada morfem {ber} dan morfem {per} berubah menjadi fonem /l/ sebagai akibat
pertemuan morfem tersebut dengan kata dasar yang berupa morfem {ajar}. Contoh
ber-
+
ajar =
belajar
per-
+
ajar = pelajar
2.2.1 Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan
makna dan atau mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya me-, –an,
me-, -kan) dan klitika[2]/partikel
(misalnya -lah, -kah).
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat dilakukan dengan menggabungkan morfem dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan menghasilkan makna baru, unsur yang digabungkan dengan dasar itu adalah morfem.
Menurut bentuk dan maknanya, morfem ada dua macam yaitu:
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat dilakukan dengan menggabungkan morfem dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan menghasilkan makna baru, unsur yang digabungkan dengan dasar itu adalah morfem.
Menurut bentuk dan maknanya, morfem ada dua macam yaitu:
a. Morfem Bebas, yaitu morfem yang dapat terdiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
Contoh.
·
Makan
·
Tidur
·
Main
b. Morfem terikat,
yaitu morfem yang tidak dapat berdiri dari satu makna. Maknanya baru jelas
setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan awalan, sisipan,
akhiran, kombinasi awalan dan akhiran, partikel –ku, -lah, -kah dan bentuk-
bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri termasuk morfem terikat.
Contoh : -
berperang = morfem terikat ber-
- memakai = morfem terikat me-
- memakai = morfem terikat me-
Prof. Ramlan
mengemukakan enam perinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan
morfem[3]
1. Prinsip 1
Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal atau arti
gramatik yang sama merupakan suatu morfem.
2. Prinsip 2
Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda merupakan suatu
morfem apabila satuan-satuan itu mempunyai arti leksikal atau arti gramatik
yang sama, asal perbedaan itu dapat dijelaskan secara fonologik[4]
3. Prinsip 3 Satuan-satuan
yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda sekalipun perbedaannya tidak
dapat tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih dapat dianggap sebagai
suatu morfem apabila mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, dan
mempunyai distribusi yang komplementer.
4. Prinsip 4 Apabila
dalam deretan struktur, suatu satuan berpararel dengan suatu kekosongan, maka
kekosongan itu adalah morfem, ialah yang disebut morfem zero.
5. Prinsip 5 Satuan-satuan
yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem,
mungkin pula merupakan morfem yang berbeda.
6. Prinsip 6 Setiap
satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
ü Contoh Prinsip 1 :
a) Membeli
rumah, rumah baru, menjaga rumah, berumah, satu rumah.
Dari contoh-contoh itu dapat
kita lihat bahwa satuan rumah merupakan satu morfem karena
satuan itu memiliki struktur fonologik dan arti leksikal yang sama.
b) Menulis,
ditulis, menuliskan, dituliskan, menulisi, ditulisi, tertulis, tertuliskan,
tertulisi, tulisan, penulis, penulisan, karya tulis.
Dari contoh-contoh tersebut dapat
kita lihat bahwa satuan tulis merupakan suatu morfem karena
satuan itu memiliki struktur fonologik dan arti leksikal yang sama.
Ø Contoh
Prinsip 2 :
Menjahit, membeli, menyalin, menggendong, mengecat dan melamar. Dari
contoh-contoh tersebut nyata bahwa satuan-satuan men-, mem-, meny-, meng-,
menge-, dan me-; mempunyai arti gramatik yang sama,
yaitu menyatakan tindakan aktif: tetapi struktur fonologiknya jelas
jelas berbeda.
Satuan-satuan men-, mem-,
meny-, meng-, menge-, dan me- adalah alomorf dari
morfem meN-; oleh karena itu semua satuan itu merupakan satu
morfem.
Ø Contoh
Prinsip 3:
beralih,
beradu
berbaring,
berbicara
bersua,
berjumpa
bertemu, bekerja
belajar, berjuang
bersandar,
beradu
Dari contoh-contoh tersebut
terdapat satuan ber-, be-, dan bel-.
Berdasarkan Prinsip 2, jelas bahwa ber-, dan be-, merupakan
satu morfem, karena perbedaan struktur fonologiknya dapat dijelaskan secara
fonologik. Tetapi bagaimana halnya dengan bel- yang (hanya)
terdapat pada belajar? Walaupun bel- mempunyai
struktur fonologik yangberbeda, dan perbedaanya itu tidak dapat dijelaskan
secara fonologik, toh mempunyai arti gramatik yang sama dan mempunyai
distribusi komplementer dengan morfem ber-.
Dengan kata lain : bel- merupakan alomorf morfem ber-; oleh
karena itu maka satuan bel- dapat dianggap sebagai satu
morfem.
Perlu dicatat bahwa
morfem bel- ini termasuk morfem yang produktif dalam bahasa
Indonesia.
Ø
Contoh Prinsip 4:
(1) Ibu
menggoreng
ikan.
(2) Ibu
menyapu
halaman.
(3) Ibu
menjahit
baju.
(4) Ibu
membeli
telur.
(5) Ibu minum
teh.
(6) Ibu makan
pecal.
(7) Ibu masak
rendang.
Ketujuh kalimat di atas
berstruktur S (ubjek) P (redikat) O (obyek). Predikatnya berupa kata verbal
yang transitif. Yang pada kalimat (1), (2), (3), (4) ditandai oleh adanya meN-,
sedangkan pada kalimat (5), (6), (7), kata verbal transitif itu ditandai
dengan kekosongan atau tidak adanya meN-. Itulah
yang disebut morfem zero.
Ø Contoh
Prinsip 5:
a) (1)
Ia menanam kembang.
(2) Bunga itu telah kembang.
Pada (1) kembang ‘bunga’
dan pada (2) kembang ‘mekar’; oleh karena itu kedua kata kembang itu
merupakan morfem yang berbeda walaupun mempunyai struktur fonologik yang sama.
Kenapa? Karena arti leksikalnya beda.
b) (1)
Ayah sedang tidur.
(2) Tidur ayah
sangat nyenyak.
Kata tidur pada
(1) dan (2) mempunyai arti leksikal yang berhubungan, dan mempunyai distribusi
Yang berbeda. Kedua kata tidur itu merupakan satu morfem.
Ø Contoh
Prinsip 6:
a) Berharap,
harapan
Berharap terdiri
dari ber- dan harap; serta harapan terdiri
dari harap dan –an. Dengan demikian maka ber-,
harap, dan –an masing-masing merupakan morfem
sendiri-sendiri.
a. Mendatangkan,
didatangkan, mendatangi, pendatang, kedatangan, datang.
Dari contoh-contoh diatas :
Mendatangkan terdiri
dari tiga morfem yaitu meN-, datang, -kan
Didatangkan terdiri
dari tiga morfem yaitu di-, datang, -kan
Mendatangi terdiri
dari tiga morfem yaitu meN-, datang, -i
Pendatang terdiri
dari dua morfem yaitu peN-, datang
Kedatangan terdiri
dari dua morfem yaitu ke-an, datang
Maka
dapatlah ditarik kesimpulan bahwa meN-, di-, peN-, datang, -kan,
-i, dan ke-an merupakan morfem sendiri-sendiri.
2.3.
Kata
Kata adalah satuan
bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dari segi makna.
Seperti kata sepeda, ambil, dingin, kuliah. Empat kata ini diakui
sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Berbeda dengan adepes,
libma, ningid, hailuk bukan diakui kata karena tidak mempunyai makna[5]
2.4.
Frasa
Frasa adalah kelompok
kata (gabungan dua kata atau lebih) yang tidak mengandung predikat dan
belum membentuk klausa atau kalimat. Seperti langit biru, baju batik,
penyakit yang sangat berbahaya. Cakupan makna yang dibentuk oleh frasa
masih di sekitar makna lesikal kata pembentuknya karena hakikat frasa adalah kata
yang diperluas dengan memberinya keterangan, inti maknanya tetap. Berbeda
dengan (langit batik, biru baju, yang berbahaya sangat penyakit) ini
tidak dinamakan frasa karena tidak mempunyai kesatuan makna[6]
Susunan kata dalam frasa bersifat tegar (fixed), tidak
tergoyahkan, dan tidak boleh dibalik seperti: haus kekuasaan, siap tempur,
temu wicara; bukan kekuasaan haus, tempur siap, wicara temu. Jika posisinya berpindah, kelompok kata itu
berpindah secara utuh. seperti:-hari ini akan diadakan jumpa pers.
-jumpa pers akan diadakan
hari ini.
Frasa
di kelompokan menjadi 5 macam
1)
frasa
verbal (artinya sama dengan arti kata
kerja)
asyik belajar
(intinya: belajar)
sedang berpikir keras
(intinya: berpikir)
harus menulis kembali
(intinya: menulis)
2)
frasa
adjektiva (artinya sama dengan arti kata
sifat)
sudah baik, sangat
malu, harus tidak kotor, benar
sekali
3)
frasa
adverbial (artinya sama dengan arti kata
keterangan)
pada zaman jepang, dengan kereta api cepat, sebelum subuh, pada
akhir pertunjukan itu
4)
frasa
nominal (artinya sama dengan arti kata
benda)
penyakit yang
sangat berbahaya, lembar jawaban ujian akhir semester, pembawa acara yang
kocak, lima lembar kuitansi tanda bukti pembayaran
5)
frasa
preposisional (artinya sama
dengan arti kata tugas, misalnya preposisi dan konjungsi)
dari atas, oleh karena (itu), sampai dengan, dari muka, akan
tetapi, ke tengah
2.5.
Pembagian jenis kata
Dari segi bentuknya kata dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (1) kata dasar (kata yang bermorfem tunggal)
seperti: rumah, buku, cerdas dan (2) kata turunan ( kata yang
bermorfem banyak) seperti: dirumahkan, pembukuan, mencerdaskan.[7]
Perubahan
kata dasar menjadi kata turunan, selain mengakibatkan perubahan bentuk dan
makna, juga mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata. Pembagian jenis atau
kelas kata yang mutakhir adalah yang diajukan Tim Depdikbud RI (1988) dalam
buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. di dalamnya, moeliono
mengelompokkan kata dalam lima jenis, yaitu:
a)
Verba (Kata Kerja)
adalah kata yang menyatakan perbuatan, atau tindakan,proses, dan keadaan yang
bukan merupakan sifat serta berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Untuk mengenali jenis kata kerja, dapat diuji dengan menambahkan dengan + KB
(kata benda)/ KS (kata sifat) di belakang kata yang diuji. Misalnya kata tulis
dan pergi,tergolong sebagai kata kerja karena jika digabungkan dengan
konstruksi penguji tadi akan tercipta arti yang jelas.
tulis + dengan pena
(KB) menulis + dengan
cepat (KS)
pergi + dengan adik
(KB) bepergian +
dengan gembira (KS)
Pada
contoh di atas tampak bentuk kata kerja ada dua macam: (1) kata kerja asal,
yaitu kata kerja yang berdiri sendiri dalam kalimat tanpa bantuan afiks;
misalnya tulis dan pergi; (2) kata kerja turunan, kata
kerja yang mempunyai afiks; misalnya menulis dan bepergian
Tabel
1
AFIKS
PEMBENTUK KATA KERJA
Bentuk
|
Afiks
|
Contoh
|
Prefiks
|
ber-
di-
me-
per-
ter-
|
berkarya, bertemu, berlayar
dibawa, dipakai, dibahas
melatih, membaca, mendengar, mengolah, mengetik
perindah, perkuat
tertawa, tersenyum
|
Sufiks
|
-i
-kan
|
namai, gulai, tandai
maafkan, matikan, camkan
|
Konfiks
|
ber-an
ber-kan
di-i
di-kan
ke-an
memper-
memper-i
memper-kan
me-kan
per-i
pe-kan
|
bepergian, berpelukan, berlarian
beralaskan, berselimutkan
diselimuti, dipengarui, dicintai
dibuatkan, diambilkan, dibacakan
kejatuhan, kemasukan, kedatangan
memperjelas, memperindah
memperbaiki, mempersenjatai
mempertanyakan, mempertemukan
meluruskan, membuatkan, mendatangkan
perbaiki, perbarui
pertemukan, permasalahkan
|
Selain bentuk-bentuk di atas, ada
pula bentuk kata kerja (verba) yang lain, di antaranya:
·
verba
reduplikasi (kata kerja
berulang-ulang); misalnya makan-makan, tembak-menembak, batuk-batuk,
berlari-lari;
·
verba
majemuk (katakerja dari proses penggabungan
kata, dan hasilnya bukan menjadi idiom); misalnya terjun payung, tatap muka,
siap tempur;
verba
berpreposisi (kata kerja
intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu); misalnya tahu
akan, cinta pada, menyesal atas, tergolong sebagai
b)
Adjektiva (Kata Sifat) adalah
kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat orang/binatang/benda. Dalam
pembentukan kalimat, kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek,
dan penjelas subjek. Kata sifat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1)
kata sifat tunggal, dan (2) kata sifat berimbuhan.[8]
Ciri-ciri kata sifat tunggal adalah sebagai berikut:
1)
dapat
diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling;
misalnya lebih baik, kurang indah, paling pandai.
2)
dapat
diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu;
misalnya sangat senang, amat luas, mahal benar, sedikit
sekali, terlalu berat.
3)
dapat
diingkari dengan kata ingkar tidak; misalnya tidak benar, tidak sehat.
Kata sifat tunggal dapat di himpun
menjadi lima kelompok:
a)
keadaan/situasi;
misalnya aman, kacau, tenang, gawat
b)
warna;
misalnya ungu, hijau, biru, merah
c)
ukuran;
misalnya berat, ringan, tinggi, besar
d)
perasaan/sikap;
misalnya malu, sedih, bahagia, heran
e)
cerapan/indera;
misalnya harum, manis, terang, jelas
mayoritas kata sifat berimbuhan dibentuk dengan bantuan sufiks yang
diserap dari bahasa inggris dan bahasa arab yang menjadi produktif dalam bahasa
indonesia.
Tabel 2
AFIKS PEMBENTUK KATA SIFAT
Bentuk
|
Afiks
|
Contoh
|
Sufiks
|
-al
-i
-iah
-if
-ik
-is
-er
-wi
|
formal, nasional
abadi, alami, hewani
lahiriah. ilmiah, alamiah
aktif, fiktif, reaktif
magnetik, elektronik
praktis, anarkis, egois
komplementer, parlementer
manusiawi, kimiawi, surgawi
|
Konfiks
|
ke-an (reduplikasi)
se-nya(reduplikasi)
|
keinggris-inggrisan, kekanak-kanakan
sebaik-baiknya, sepandai-pandainya
|
c)
Adverbia (Kata Keterangan) adalah
kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, dan
klausa. misalnya saya ingin segera melukis, paman hanya pegawai biasa;
kata segera dan hanya adalah adverbia yang menerangkan verba melukis
dan nomina predikatif pegawai biasa.[9]
Adverbia dibedakan atas tiga macam, yaitu (1) adverbia
tunggal (segera, sangat, hanya); (2) adverbia turunan (agaknya,
biasanya, rupanya, sebaiknya, sebenarnya);(3) adverbia ulang; ada dua macam,
a) mengulang kata dasar (diam-diam, lama-lama);b) mengulang kata
dasar dan menambah se-nya(setinggi-tingginya, sebaik-baiknya).
d)
Rumpun Kata Benda, Yang Terdiri
·
Nomina
(Kata Benda/Kata Nama) adalah kata
yang mengacu kepada sesuatu benda konkret (buku, pohon, kunci) maupun abstrak (agama, pengetahuan, nafsu).
Kata benda juga akan berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan
dalam kalimat. Kata benda dapat dikenali dengan cara menambahkan yang + KS
(kata sifat) atau yang sangat + KS (kata sifat), misalnya kata buku
dan pengetahuan.[10]
buku + yang mahal
(KS) pengetahuan
+ yang sangat penting (KS)
Dan untuk
mengetahui kata benda berimbuhan, dapat menggunakan tabel di bawah ini.
Tabel 3
AFIKS PEMBENTUK KATA BENDA
Afiks
|
Bentuk
|
Contoh
|
Prefiks
|
ke-
pe-
ter-
|
ketua, kekasih, kehendak
petinju, pembela, pendaftar
terdakwa, tersangka
|
Sufiks
|
-an
-in
-wan
|
pikiran, timbangan
hadirin, muslimin
ilmuwan, karyawan
|
Infiks
|
-em-
-el-
-er-
-in-
|
kemuning
telunjuk, telapak
serabut, seruling
kinerja, kinasih
|
konfiks
|
ke-an
pe-an
|
kehidupan, kemauan
pegunungan, pembelian
|
·
Pronomina
(Kata Ganti) adalah kata
yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.[11]1)
pronomia persona, seperti kamu, dia, mereka; 2) pronomia penanya,
seperti apa, mana, kapan; 3) pronomia penyapa, seperti pak, bu, dok;
4) pronomia penunjuk umum, seperti ini, itu, anu.
·
Numeralia
(Kata Bilangan) adalah kata
yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, atau barang.[12]Misalnya
tiga, ketiga, satu-satu, banyak, para, puluhan, setengah, dua lusin, tiga
bersaudara.
e)
Rumpun Kata Tugas (Partikel)
·
Preposisi
(Kata Depan) adalah kata
tugas yang berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk
membentuk gabungan kata depan (frasa proposional), misalnya di kantor, dengan
memburuh, pada hari ini, sejak kecil.[13]
·
Konjungtor
(Kata Sambung) adalah kata
tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.[14]
contoh:
…..antara hidup dan mati.
Rapat sudah
dimulai ketika kami tiba.
…...bukan amri tetapi amrin.
Konjuktor tidak selalu satu kata, bahkan dua kata atau lebih.
seperti selain itu, walaupun begitu, meskipun demikian, oleh karena itu.
·
Interjeksi
(Kata Seru) adalah kata
tugas yang dipakai untuk mengungkapakan seruan hati seperti rasa kagum, sedih,
heran, dan jijik. Interjeksi dipakai di dalam kalimat seruan atau kalimat
perintah (imperatif).[15]
contoh:
- Ayo, maju terus!
-Aduh, gigiku sakit sekali!
-Sial, memancing
seharian, cuma dapat sedikit!
·
Artikel
(Kata Sandang) adalah kata
tugas yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Ada tiga macam artikel,
yaitu (1) artikel bermakna tunggal ( sang guru, sang suami, sang juara);
(2) artikel bermakna jamak (para petani, para pemimpin, para hakim); (3)
artikel bermakna netral (si hitam manis, si cantik, si dia).[16]
·
Partikel
bermakna unsur-unsur kecil suatu benda. yang dimaksud di sini
adalah artikel yang berperan membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu –kah
dan –tah ditambah dengan –lah yang dipakai dalam kalimat perintah
(imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif), serta –pun yang hanya
dipakai dalam kalimat pernyataan.[17]
contoh: (-kah)– Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
- Bagaimanakah rasanya naik pesawat
terbang?
(-lah)- Apalah dayaku tanpamu.
- Pergilah
segera, sebelum jalan macet!
(-tah)– Siapatah
gerangan jodohku nanti?
- Apatah artinya hidup ini tanpa
engkau?
BAB
III PENUTUP
1.
Kesimpulan
Fonem adalah bunyi
dari lambang suatu huruf yang dapat membedakan arti, misalnya perbedaan huruf
/e/ pada kata sate, pedas, dan enak. Morfem adalah satuan
bentuk terkecil yang dapat membedakan makna; dan atau mempunyai makna, misalnya
di-per-main-kan.Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat)
yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna, misalnya sepeda. Frasa
adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non predikatif dan bermakna
leksikal, misalnaya gunung tinggi.
Pembagian jenis kata ada lima, yaitu (1) verba/kata kerja; (2)
adjektiva/kata sifat; (3) adverbia/kata keterangan; (4) rumpun kata benda,
meliputi nomina/kata benda dan nama, pronomina/kata ganti, numeralia/kata
bilangan; (5) rumpun kata tugas, meliputi preposisi/kata depan, konjungtor/kata
sambung, interjeksi/kata seru, artikel/kata sandang, partikel.
Makna adalah
hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang diacunya.
Pembagian makna ada dua macam, yaitu leksikal/denotasi (makna
sebenarnya) dan gramatikal/konotasi (makna tidak sebenarnya). Perubahan
makna ada enam bentuk, yaitu Meluas, Menyempit, Amelioratif, Penyoratif,
Sinestesia, dan Asosiasi.
2.
Kritik dan Saran
Demikian penjelasan mengenai “Materi kali
ini” dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia, semoga bisa bermanfaat bagi segenap pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan di atas
karena keterbatasan pengetahuan.terimakasih .
[1]. tentang hubungan linier antara unsur
bahasa dalam tataran tertentu
[2]. Adalah
semacam imbuhan yang dalam ucapan tidak mempunyai tekanan sendiri dan tidak
merupakan kata karena tidak dapat berdiri sendiri
[3] . Lihat
Ramlan , 1980 , prinsip prisip pengenalan morfem .
[4] Tentang pembendaharaan bunyi-bunyi( fonem)
bahasa dan distribusinya .
[5].
ibid , hal 76
[6] .
ibid , hal 76
[7]ibid…Hal.64-65.
[8] ibid…Hal.67.
[9] ibid…Hal.68.
[10] ibid…Hal.70.
[13]
Lamudin…Hal.73.
[14]ibid.
[15]Lamudin…Hal.74.
[16]ibid…Hal.75.
[17]
ibid…Hal.75-76.
Komentar
Posting Komentar